Jumat, 01 Juni 2012

Ubahan Jupiter Z for MP 1 seeded


Korekan mesin terbarunya, dipercayakan ke Gendhut tuner nasional asal Jogja. Bagaimana rahasia korekan terbarunya ?. Pengapian saat ini dikawal rotor magnet YZ-125 versi ‘07, aslinya bisa menembus limit hingga 14 ribu rpm dikawinkan CDI Rextor serta koil YZ-125. Maka, saat diaplikasi di Jupiter-Z, beberapa part wajib diserasikan.

Konsepnya memperkuat gasingan menengah hingga atas. Jadi power produktif jalannya di atas rpm 5000. Dasar ini yang membuat diaplikasinya perbandingan kompresi 13,8 : 1, pada pacuan MP 1 bebek 4 tak tune up 125 cc seeded.

Perbandingan kompresi yang lebih tinggi itu, jadi lebih sinkron dengan kapasitas 125 cc, hasil dari pemakaian piston Izumi 54 mm yang diseting dengan silinder 0,4 mm, serta kapasitas mesin genapnya 123,6 cc. Rombakan pada piston juga terjadi pada penambahan nat di bagian thrast, sebagai alur buat stok oli mesin.

Bagian ini juga menjadi penunjang untuk mengikuti makin tingginya rpm mesin. Rotasi mekanis katup dikawal noken as berdurasi 274 derajat (in) dan 275 derajat (ex), dengan angka over lap yang lebih minim. Pertimbangannya, kapasitas mesin besar butuh suport power yang besar pula, agar HP enteng dikail.

Suplai masuknya gas segar diperlancar pemakaian katup rombakan dari Honda Sonic RS-125 yang dijadikan 27 mm (in) dan 23,5 mm (ex). Dan dikawal pegas katup single yang biasa disebut Jepang. Bedanya saat mengaplikasi pengapian YZ-125, porting tak mau ekstrem.

Menurut Gendhut, hal ini untuk menjaga kestabilan flow gas segar yang dikonsumsi mengikuti tingginya rpm mesin. Konsep porting intake manifold cuman meratakan benjolan. Dan dilayani Keihin 28 mm, dengan komposisi main jet 122 dan pilot jet 32, untuk trek kotak khas alun-alun.

Berlanjut di sektor as kruk, bearing kanan kiri dicangkok FAG jenis high speed, efek dari clearance bearing yang makin besar. Untuk daun as kruk, Gendhut mengaplikasi milik Jupiter versi ‘04 yang diklaim masih bikinan Jepang. Sisi kanan diteruskan gigi primer orsi Jupiter tanpa fly wheel, mengingat Sani masih adaptasi dengan motor spek MP 1.

“Sebab, kalau pakai fly wheel, setiap oper gigi selalu wheelie, kontrol speed malah tak dapat,” urai Gendhut. Transfer power mesin dilayani kampas kopling FR-80, mantap mengawal perbandingan gigi 3(29-21) dan 4(26-23), sesuai konsep korekan mesin yang produktif di gasingan atas.

Output korekan mesin demikian ini, tinggal menunggu kemampuan joki. “Kalau makin berani membawanya di rpm tinggi, dipastikan power dan speed berlimpah,” janji Gendhut.

0 komentar:

Posting Komentar